Cara Kerja Radar dan Anti-Drone

Apa itu Radar?
Radar secara umum berfungsi sebagai pelacak pergerakan objek, termasuk drone, dan memiliki banyak aplikasi di luar sekadar pelacakan drone. Dalam aplikasi anti-drone, radar yang ideal adalah radar dengan resolusi tinggi yang mampu mendeteksi drone kecil, seperti DJI Phantom, pada jarak 1 km atau lebih. Banyak radar, seperti radar pulsa dengan frekuensi rendah, dirancang untuk mendeteksi objek logam besar seperti pesawat dan helikopter. Namun, radar jenis ini kurang efektif untuk mendeteksi drone dengan penampang radar kecil atau yang terbang rendah.

Beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan saat mengevaluasi radar anti-drone meliputi:

  • Gangguan Permukaan Tanah
    Gangguan dari permukaan tanah, seperti pohon, kipas ventilasi, atau objek lain di atap gedung, dapat menghasilkan alarm palsu karena terlihat seperti drone di radar. Sistem radar canggih menggunakan teknik pengurangan gangguan untuk meminimalkan efek ini.
  • Cakupan Azimuth
    Azimuth mengacu pada sudut horizontal cakupan radar. Sistem radar biasanya memiliki cakupan antara 90 derajat hingga 360 derajat. Untuk cakupan kurang dari 360 derajat, beberapa radar dapat diintegrasikan untuk memperluas area yang tercakup.
  • Sudut Vertikal
    Sudut vertikal sering kali diabaikan, tetapi penting untuk memastikan tidak ada titik buta. Banyak radar memiliki sudut vertikal sempit, sekitar 10-30 derajat, yang dapat membatasi cakupan. Cakupan vertikal 40-80 derajat dianggap cukup untuk kebutuhan pengamanan.
  • Radar 2D vs 3D
    Radar 3D menawarkan keunggulan signifikan dibandingkan radar 2D, seperti kemampuan untuk mendeteksi ketinggian objek. Hal ini membantu mengurangi alarm palsu dengan memfilter objek di luar rentang ketinggian tertentu.
  • Pita Frekuensi
    Radar anti-drone beroperasi pada berbagai pita frekuensi, seperti X-band (sering digunakan di kapal), K-band (awalnya untuk mobil self-driving), dan S-band (biasanya untuk aplikasi militer). Pita yang digunakan memengaruhi ukuran dan kemampuan radar, dengan radar K-band umumnya hadir dalam ukuran lebih kecil.
  • Panel Bergerak vs Statis
    Radar dengan bagian statis lebih disukai dalam beberapa aplikasi karena memiliki risiko keausan lebih rendah dan lebih tahan lama. Beberapa radar dapat diatur dalam mode pemantau atau rotasi. Mode pemantau cenderung memberikan kinerja lebih baik, tetapi dengan cakupan sudut yang lebih terbatas.

Radar anti-drone yang tepat bergantung pada kebutuhan spesifik pengguna, termasuk lokasi, ukuran area cakupan, dan tingkat gangguan yang mungkin terjadi.

Bagaimana Metode Deteksi Anti-Drone?

  1. Frekuensi Radio (RF)
    Deteksi RF pasif merupakan lapisan dasar dalam sistem anti-drone yang efektif. Sensor RF memungkinkan deteksi dengan mencocokkan protokol komunikasi drone pada frekuensi radio yang sudah dikenali sebelumnya.

Pada skala komersial dan konsumen, sistem deteksi berbasis frekuensi radio memindai pita frekuensi yang digunakan oleh drone, meskipun hal ini dapat menghasilkan alarm palsu.

Sensor RF umumnya bersifat “pasif” dan tidak memantulkan sinyal, sehingga dapat beroperasi tanpa menimbulkan interferensi dengan jaringan komunikasi lain di area operasional. Namun, beberapa sistem RF aktif dapat memanipulasi protokol atau bahkan mencoba meretas drone untuk menetralkannya.

Metode Anti-Drone (Deteksi, Pelacakan, Identifikasi, dan Jamming)
Selain keuntungan sistem RF yang pasif, ada beberapa fitur yang penting untuk sistem anti-drone berbasis RF. Fitur-fitur ini bergantung pada skenario dan lingkungan operasional, termasuk:

  • Sistem pendeteksi RF yang dapat diperbesar kapasitasnya untuk meningkatkan probabilitas deteksi dan memberikan peringatan ancaman yang akurat.
  • Kemampuan memfilter alarm palsu untuk mengoptimalkan kinerja sistem dari waktu ke waktu.
  • Azimuth dan sudut vertikal yang dioptimalkan untuk mendeteksi drone secara efektif.
  • Fitur RF Direction Finding (RFDF) untuk menentukan arah sinyal radio dari drone dan pengontrolnya.

Sensor RF sering kali memiliki jangkauan deteksi yang lebih jauh dibandingkan radar. Teknologi RFDF juga dapat meniru kemampuan pelacakan radar. RF dapat disesuaikan untuk berbagai aplikasi, seperti perangkat anti-drone yang dapat dikenakan di tubuh, dipegang tangan, atau dipasang di kendaraan untuk patroli keamanan, memberikan solusi lapangan yang fleksibel terhadap ancaman drone.

Tantangan dalam Sistem RF
Seperti metode lain, sistem RF juga menghadapi tantangan. Keakuratan RF dapat terganggu dalam jalur pengamanan yang kompleks, di mana sinyal pantulan dari berbagai arah dapat mempengaruhi sistem.

Cara Kerja Frekuensi Radio (RF)
Seiring munculnya drone yang dikendalikan oleh LTE, teknologi sensor RF terus berkembang. Untuk drone “otonom”, sinyal telemetri dan video yang dipancarkan tetap dapat dideteksi oleh sensor RF. Namun, drone yang menggunakan navigasi kamera, kartu SD, atau Sistem Navigasi Inersia (INS) sering kali lebih sulit terdeteksi, sehingga memerlukan integrasi dengan sensor lain untuk mendukung deteksi berbasis RF.

Inti

Radar dan sistem anti-drone adalah komponen penting untuk mendeteksi, melacak, dan menetralisir ancaman drone. Radar modern dirancang untuk mendeteksi objek kecil seperti drone dengan presisi tinggi, sementara sistem anti-drone mengintegrasikan teknologi seperti RF, radar, kamera, dan jamming untuk perlindungan yang menyeluruh.

Pemilihan sistem harus disesuaikan dengan kebutuhan, apakah untuk operasi portabel, kendaraan, atau lokasi tetap. Dengan kemajuan teknologi, sistem anti-drone semakin andal dan efisien, memberikan perlindungan optimal untuk berbagai sektor.